December 12,2015 | 11:52:22 PM 2 view

Produktivitas Alat Berat

Dunia pertambangan sangat erat sekali ketergantungannya dengan alat berat. Kegiatan utama dalam dunia pertambangan adalah gali-muat-angkut dimana pada kegiatan tersebut menggunakan alat berat yang memiliki spesifikasi maupun harga yang bervariasi. Maka perhitungan akan produktivitas alat merupakan modal penting dalam manajemen suatu proyek pertambangan.

Dalam perhitungan produktivitas alat berat di dunia pertambangan satuan yang umum digunakan adalahn Ton/jam atau BCM/jam, jika dihasilkan perhitungan dengan satuan yang tidak sesuai atau tidak diinginkan maka perlu dikonversi. Hal ini berkaitan dengan jumlah cadangan yang akan ditambanng, sehingga akan diketahui umur tambang. Dari premis tersebut maka dapat diketahui perhitungan umur tambang adalah:

Kembali lagi pada topik perhitungan produktivitas alat, masing-masing alat berat memiliki perhitungan produktivitas spesifik yang berbeda-beda. Contoh perhitungan produktivitas bulldozer :

Keterangan:

Qbd : Produktivitas Bulldozer (LCM/jam)

CT : Cycle Time (menit)

Kbl : Kapasitas blade (m3)

FKbl : Faktor Koreksi blade (

FK : Faktor Koreksi (Efisiensi Kerja, Availability, dll; %)

Fk : Faktor Konversi (missal Swell Factor, % Swell, dll)

Berbeda dengan perhitungan produktivitas excavator, yaitu :

Keterangan:

Qex : Produktivitas Excavator (LCM/jam)

t1 : waktu land bucket (detik)

t2 : waktu loaded swing (detik)

t3 : waktu dump bucket (detik)

t4 : waktu empty swing (detik)

Kb : Kapasitas bucket (m3)

FF : Fill Factor (%)

FK : Faktor Koreksi (Efisiensi Kerja, Availability, dll; %)

Fk : Faktor Konversi (missal Swell Factor, % Swell, dll)

 

Sedangkan perhitungan produktivitas dumptruck adalah :

Keterangan:

Qdt : Produktivitas Dumptruck (LCM/jam)

t1 : waktu berangkat isi (menit)

t2 : waktu dumping (menit)

t3 : waktu pulang kosong (menit)

t4 : waktu spotting (menit)

t5 : waktu loading (menit)

Kb : Kapasitas bak (m3)

FF : Fill Factor (%)

FK : Faktor Koreksi (Efisiensi Kerja, Availability, dll; %)

Fk : Faktor Konversi (missal Swell Factor, % Swell, dll)

 

Sebenarnya perhitungan produktivitas secara umum sama, yaitu periode waktu (perjam) dibagi dengan CT (Cycle Time), lalu dikalikan dengan kapasitas (bucket, bak,atau blade). Pada masing-masing alat berat yang berbeda-beda adalah dalam perhitungan CT. Kemudian, Faktor koreksi dan Faktor koreksi bucket/bak/blade merupakan pendekatan empiris untuk mencapai keadaan senyata mungkin, karena dalam kenyataannya excavator dengan spek kapasitas bucket 2 m3, hanya mampu menampung material loose sebesar 1,6 m3 misalnya. Catatan lagi, terdapat angka 60 atau 3600 dalam rumus perhitungan produktivitas spesifik masing-masing alat berat mengindikasikan bahwa waktu edar alat (CT) dalam satuan menit atau detik (yang akan dikonversi dengan angka 60 atau 3600 menjadi jam).

 

Share

Tentang penulis

Aldin Ardian, ST, MT

Selamat datang di blog saya!!

Saya Aldin Ardian, tenaga pengajar di Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN "Veteran" Yogyakarta. Saya akan mencoba berbagi pengetahuan di dunia maya dengan blog ini sebagai wadahnya.

Blog ini tidak hanya membahas hal serius seputar dunia akademis saja, namun juga hal-hal yang saya alami dan semoga memberikan manfaat bagi pembaca bahkan penulis, dalam hal ini saya sendiri. Saya harap juga seiring waktu, tampilan blog ini akan semakin baik.

 

Salam Blogging,

Aldin Ardian

Kontak: aldinardian[at]upnyk.ac.id

 

Comments

  1. Avatar
    aulia
    November 28, 2016
    maaf bang, saya mau tanya. untuk mendapatkan nilai kb, bf, FK, CT, material density dan swelling factor itu bagaimana ya? terima kasih, mohon bantuannya
  2. Avatar
    aldinardian
    December 04, 2016
    Haloo Aulia. Saya coba jawab ya: 1. Kb (kapasitas bak) itu didapat dari spesifikasi alat. 2. bf (bucket fill factor) ini didapat dari spesifikasi alat atau kalau menginginkan data primer, bisa dicoba dengan melakukan perobaan pada excavator berapa volume maksimal yang mampu ditampung dalam bucket, kemudian dibagi dengan kapasitas bucket, lalu dikali 100%. 3. FK (faktor koreksi), ini merupakan komponen untuk mengoreksi produktivitas alat karena alat tidak mungkin efisien 100%. Penyebabnya bisa berasal dari pergantian shift, ketersediaan alat, human factor. Angkanya merupakan hasil penelitian tentang efisiensi kerja suatu alat. Angkanya berkisar dari 0% jika memang alat tidak bisa bekerja sama sekali hingga 100% jika alat super efektif tidak pernah rusak, tidak pernah terlambat. Biasanya angkanya berkisar dari 70%-85%. Yang sering digunakan yang pernah saya tahu 83% atau 85%. 4. CT (cycle time) ini adalah waktu edar alat. Masing – masing alat memiliki perhitungan sendiri – sendiri. konsepnya adalah jumlah waktu yang dibutuhkan alat dari pekerjaan awal hinggal siap melakukan pekerjaan semula lagi. Misal truck. Dalam 1 CT kita menjumlahkan waktu truck berjalan (bak kosong) dari waste dump menuju ROM (t1), lalu waktu truck memposisikan diri hingga siap alat muat menumpahkan material (t2), lalu waktu yang dibutuhkan truck menuju waste dump (bak isi) (t3), lalu waktu yang dibutuhkan truck memposisikan diri untuk siap menumpahkan material (t4), lalu waktu truck menumpahkan hingga bak kembali kosong dan siap menuju ROM lagi (t5). Sehingga 1 DT truck tersbut adalah t1+t2+t3+t4+t5 . 5. Material density, adalah massa jenis material. Ini biasanya sudah diketahui dari uji lab, sehingga sudah diketahui pada tahap studi kelayakan. Tiap material memiliki kisaran densitasnya masing – masing, misal sandstone 2.0 – 2.6, granit 2.5 – 2.8. 6. Swelling factor atau faktor pengembangan adalah angka yang menunjukkan berapa besar material tersebut mengembang. Ini sebetulnya agak tricky, tapi saya coba jelaskan dengan contoh. Material sebut saja andesit dalam keadaan aslinya volumenya 1m x 1m x 1m = 1m3 dimasukkan dalam kotak dengan volume 1m3. Setelah diledakkan atau diberai menjadi fragment – fragment dan dimasukkan dalam kotak dengan volume 1 m3 juga. Tentunya kotak pertama lebih berat, padahal volumenya sama, yang pertama 1 BCM (Bank cubic meter) dan yang kedua 1 LCM (loose cubic meter). Atau dengan kata lain dengan berat yang sama volume andesit pertama adalah 1 m3, sedangkan andesit kedua 1.25 m3 (karena setelah menjadi fragment, andesit tersebut dalam keadaan tidak mampat lagi alias ada rongga – rongga udara). Kemudian menghitung swell factornya dengan cara. 1 m3 (volume dalam keadaan asli) dibagi 1.25 m3 (volume loose). Sehingga 1 : 1.25 = 0.8. SF andesit adalah 0.8. Andesit di sini hanya contoh, pengembangan bisa pada jenis batuan yang sama. Semoga membantu, salam tambang.
  3. Avatar
    rayanto
    December 08, 2016
    bagaimana menentukan produktivitas tlb/beckho loader pak.tolong pencerahannya.
  4. Avatar
    aldinardian
    December 13, 2016
    Haloo Rayanto. Saya coba jawab ya. TLB atau Tractor Loader Backhoe menurut saya hanya alat berat yang mengalami evolusi, maksudnya agar alat ini dapat serba guna, maka 1 alat berat memiliki fungsi ganda. Saya tidak pernah lihat langsung, sepertinya alat ini lebih sering digunakan pada proyek dalam kota ya. Sehingga, alat yang kecil dan serbaguna sangat dianjurkan. Tentu penggunaannya sama dengan backhoe atau loader normal (tidak digunakan sekaligus). Jadi perhitungan produktivitasnya sama saja yaitu periode waktu (perjam) dibagi dengan CT (Cycle Time), lalu dikalikan dengan kapasitas bucket atau bak. Demikian dari saya. Terima kasih sudah berkunjung dan berdiskusi.
  5. Avatar
    Heri Adhahari
    January 24, 2017
    Terimakasih untuk ilmunya pak...
  6. Avatar
    aldinardian
    January 31, 2017
    Wah bang Heri lama tak jumpa. Sukses di Medan dan persiapan lanjut sekolahnya bang.